Pengguna ponsel Indonesia dikenal doyan texting alias gemar mengirim pesan instan. Tak ayal, penyedia layanan instant messaging dunia berlomba-lomba berekspansi ke Tanah Air.
Sebut saja KakaoTalk, Line, WeChat, hingga yang sudah lebih dulu populer, WhatsApp. Pengguna tentu menjadi pihak yang diuntungkan dengan ramainya persaingan instant messaging ini.
Ketika layanan tersebut adu keren menawarkan aplikasi menarik kepada user. Di sisi lain, pengguna diberi kebebasan untuk memilih, mau menggunakan aplikasi yang mana untuk dibenamkan pada ponselnya.
Sekilas fitur yang ditawarkan seluruh aplikasi tersebut terlihat mirip, memudahkan berbagi pesan dengan beberapa emoticon yang menarik. Akan tetapi, ketika ditanya kepada pihat pembesutnya, mereka menampik disamakan satu sama lain.
Seperti ditegaskan Simeon Cho, General Manager Line misalnya. Aplikasi besutan mereka diklaim punya cara yang lebih asyik untuk menggambarkan emosi seseorang, yakni dengan Sticker.
"Sticker yang membedakan Line dengan aplikasi sejenis lainnya, dan itu adalah salah satu keunggulannya," Kata Cho.
Pria asal Korea Selatan tersebut juga menyebutkan beberapa hal yang membuat Line bukan sekadar aplikasi pesan instan biasa. Sebut saja dengan kehadiran game, aplikasi kamera dan tools, serta akun publik yang bisa di-follow para pengguna Line.
"Itulah sebabnya Line tidak bisa dibandingkan dengan aplikasi pesan instan lainnya, Line sudah memiliki ekosistem sosial," tandas Cho.
Sementara Kakao Talk, mobile messenger asal Korea Selatan, melihat antusiasme yang besar dari para pengguna smartphone di Indonesia. KakaoTalk mencatat kenaikan 288% untuk penggunaan di Indonesia dari Januari-Februari 2013.
Di kandangnya -- Korea Selatan -- KakaoTalk mengklaim menjadi aplikasi pesan instan favorit dengan 97% dari pengguna smartphone di Korsel telah menggunakannya.
Untuk lebih menggaet pengguna Indonesia, Kakao Talk pun berkolaborasi dengan beberapa mitra lokal untuk memperkaya konten. Ini termasuk membuat emoticon khusus dengan warna lokal bersama dengan desainer, pengembang aplikasi, hingga bekerja sama dengan operator serta kemitraan untuk membuat konten mobile promotion.
"Pendekatan kami untuk konsumen Indonesia terbagi menjadi dua cabang. Pertama, melalui sisi Korea, kami memberikan yang terbaik dari fitur populer Korea. Dan kedua, bekerja sama dengan cara yang saling menguntungkan dengan pengembang dan komunitas kreatif untuk mengusung konten lokal Indonesia yang menarik," kata Kate Sohn, VP Global Business Development Kakao Corp.
Adapun WeChat lebih ambisius lagi. Aplikasi asal China ini mengklaim menjadi aplikasi chatting nomor satu di Indonesia, dengan menempati posisi teratas di Apple App Store dan Google Play.
"Kami sangat bangga melihat WeChat meraih posisi nomor 1 di App Store dan Play Store. Hal ini membuktikan besarnya sambutan Indonesia terhadap produk kami. Tencent memang bertujuan untuk memberikan sarana komunikasi terbaik dan berkualitas dengan fitur-fitur unggulan, dan keberhasilan ini semakin memacu kami untuk menyediakan pengalaman yang lebih baik lagi untuk para pengguna setia kami di Indonesia," ujar Vincent Wang, Managing Director MNC Tencent, WeChat Operation.
Selain dapat digunakan di iOS dan Android, baru-baru ini WeChat juga telah meluncurkan versi aplikasinya untuk BlackBerry, yang sempat melejit ke posisi nomor 2 di antara aplikasi lain di BlackBerry Application World. Fitur-fitur WeChat antara lain 'Push to Talk', 'Moments', dan beraneka ragam emoticon.
"Kini 300 juta orang di dunia telah terdaftar sebagai pengguna WeChat. Demi meningkatkan pengalaman menggunakan aplikasi ini, kami sudah mempersiapkan update-update spesial. Indonesia akan menjadi salah satu dari negara-negara yang paling pertama tahu bahwa dalam waktu dekat ini kami akan melepaskannya ke pasaran," tambah Poshu Yeung, Vice President Tencent International Business WeChat.
Hanya saja, belakangan WeChat diterpa isu tidak populis, setelah dikabarkan tak akan lagi gratis. Namun Liu Chiping selaku President Tencent -- yang menjadi induk usaha WeChat -- dengan cepat menampik isu tersebut.
Lantas, bagaimana dengan WhatsApp? Sejatinya sebelum Line, WeChat dan KakaoTalk mencuat di Indonesia, nama WhatsApp telah lebih dulu populer. Aplikasi ini sukses menjadi alternatif layanan pesan instant lintas platform favorit pengguna.
Isu terakhir, WhatsApp bakal dipinang raksasa internet Google. Tak tanggung-tanggung, dana sampai USD 1 miliar atau setara Rp 9,6 triliun dilaporkan menjadi harga untuk menebus WhatsApp.
Jika benar bakal jadi pemilik baru WhatsApp, Google diperkirakan bakal mengawinkan instant messaging populer itu dengan sederet produknya. Seperti dengan Google Voice, Google Hangouts, Google Talk, dan lainnya.
Sebut saja KakaoTalk, Line, WeChat, hingga yang sudah lebih dulu populer, WhatsApp. Pengguna tentu menjadi pihak yang diuntungkan dengan ramainya persaingan instant messaging ini.
Ketika layanan tersebut adu keren menawarkan aplikasi menarik kepada user. Di sisi lain, pengguna diberi kebebasan untuk memilih, mau menggunakan aplikasi yang mana untuk dibenamkan pada ponselnya.
Sekilas fitur yang ditawarkan seluruh aplikasi tersebut terlihat mirip, memudahkan berbagi pesan dengan beberapa emoticon yang menarik. Akan tetapi, ketika ditanya kepada pihat pembesutnya, mereka menampik disamakan satu sama lain.
Seperti ditegaskan Simeon Cho, General Manager Line misalnya. Aplikasi besutan mereka diklaim punya cara yang lebih asyik untuk menggambarkan emosi seseorang, yakni dengan Sticker.
"Sticker yang membedakan Line dengan aplikasi sejenis lainnya, dan itu adalah salah satu keunggulannya," Kata Cho.
Pria asal Korea Selatan tersebut juga menyebutkan beberapa hal yang membuat Line bukan sekadar aplikasi pesan instan biasa. Sebut saja dengan kehadiran game, aplikasi kamera dan tools, serta akun publik yang bisa di-follow para pengguna Line.
"Itulah sebabnya Line tidak bisa dibandingkan dengan aplikasi pesan instan lainnya, Line sudah memiliki ekosistem sosial," tandas Cho.
Sementara Kakao Talk, mobile messenger asal Korea Selatan, melihat antusiasme yang besar dari para pengguna smartphone di Indonesia. KakaoTalk mencatat kenaikan 288% untuk penggunaan di Indonesia dari Januari-Februari 2013.
Di kandangnya -- Korea Selatan -- KakaoTalk mengklaim menjadi aplikasi pesan instan favorit dengan 97% dari pengguna smartphone di Korsel telah menggunakannya.
Untuk lebih menggaet pengguna Indonesia, Kakao Talk pun berkolaborasi dengan beberapa mitra lokal untuk memperkaya konten. Ini termasuk membuat emoticon khusus dengan warna lokal bersama dengan desainer, pengembang aplikasi, hingga bekerja sama dengan operator serta kemitraan untuk membuat konten mobile promotion.
"Pendekatan kami untuk konsumen Indonesia terbagi menjadi dua cabang. Pertama, melalui sisi Korea, kami memberikan yang terbaik dari fitur populer Korea. Dan kedua, bekerja sama dengan cara yang saling menguntungkan dengan pengembang dan komunitas kreatif untuk mengusung konten lokal Indonesia yang menarik," kata Kate Sohn, VP Global Business Development Kakao Corp.
Adapun WeChat lebih ambisius lagi. Aplikasi asal China ini mengklaim menjadi aplikasi chatting nomor satu di Indonesia, dengan menempati posisi teratas di Apple App Store dan Google Play.
"Kami sangat bangga melihat WeChat meraih posisi nomor 1 di App Store dan Play Store. Hal ini membuktikan besarnya sambutan Indonesia terhadap produk kami. Tencent memang bertujuan untuk memberikan sarana komunikasi terbaik dan berkualitas dengan fitur-fitur unggulan, dan keberhasilan ini semakin memacu kami untuk menyediakan pengalaman yang lebih baik lagi untuk para pengguna setia kami di Indonesia," ujar Vincent Wang, Managing Director MNC Tencent, WeChat Operation.
Selain dapat digunakan di iOS dan Android, baru-baru ini WeChat juga telah meluncurkan versi aplikasinya untuk BlackBerry, yang sempat melejit ke posisi nomor 2 di antara aplikasi lain di BlackBerry Application World. Fitur-fitur WeChat antara lain 'Push to Talk', 'Moments', dan beraneka ragam emoticon.
"Kini 300 juta orang di dunia telah terdaftar sebagai pengguna WeChat. Demi meningkatkan pengalaman menggunakan aplikasi ini, kami sudah mempersiapkan update-update spesial. Indonesia akan menjadi salah satu dari negara-negara yang paling pertama tahu bahwa dalam waktu dekat ini kami akan melepaskannya ke pasaran," tambah Poshu Yeung, Vice President Tencent International Business WeChat.
Hanya saja, belakangan WeChat diterpa isu tidak populis, setelah dikabarkan tak akan lagi gratis. Namun Liu Chiping selaku President Tencent -- yang menjadi induk usaha WeChat -- dengan cepat menampik isu tersebut.
Lantas, bagaimana dengan WhatsApp? Sejatinya sebelum Line, WeChat dan KakaoTalk mencuat di Indonesia, nama WhatsApp telah lebih dulu populer. Aplikasi ini sukses menjadi alternatif layanan pesan instant lintas platform favorit pengguna.
Isu terakhir, WhatsApp bakal dipinang raksasa internet Google. Tak tanggung-tanggung, dana sampai USD 1 miliar atau setara Rp 9,6 triliun dilaporkan menjadi harga untuk menebus WhatsApp.
Jika benar bakal jadi pemilik baru WhatsApp, Google diperkirakan bakal mengawinkan instant messaging populer itu dengan sederet produknya. Seperti dengan Google Voice, Google Hangouts, Google Talk, dan lainnya.
Jadi Pilih Yang Mana ?
No comments:
Post a Comment